Ratnaningsih, Dwi (2016) KAJIAN YURIDIS HADHANAH ANAK KEPADA AYAH AKIBAT PERCERAIAN (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Mungkid Nomor 0635/Pdt.G/2013/PA.Mkd). S1 thesis, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Magelang.
Preview |
PDF (Skripsi)
11.0201.0007_BAB I, BAB II, BAB III, BAB V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version Download (680kB) | Preview |
![]() |
PDF (Skripsi)
11.0201.0007_BAB IV.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (454kB) |
![]() |
PDF (Skripsi)
11.0201.0007_FULLTEXT.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (621kB) |
Abstract
Hadhanah merupakan kewajiban bagi kedua orang tua untuk bersama-sama
mengasuh dan melindungi anaknya sampai batas umur yang telah ditetapkan,
namun hal itu akan sulit terealisasikan jika ayah dan ibu terjebak dalam kasus
perceraian. Akan timbul masalah siapakah yang berhak atas kewajiban mengasuh
anak tersebut. Ayah dan ibu adalah orang tua anak-anaknya. Walaupun ayah dan
ibu telah bercerai, anak tetap berhak mendapat kasih dan sayang dari keduanya.
Ayah tetap berkewajiban memberi nafkah kepada anaknya. Anak berhak menjadi
ahli waris karena merupakan bagian dari nasab ayah dan ibunya. Berdasarkan hal
tersebut penulis mengambil penelitian dengan judul kajian yuridis hadhanah anak
kepada ayah akibat perceraian (studi kasus putusan pengadilan agama mungkid
nomor 0635/Pdt.G/2013/PA.Mkd). Adapun perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah apa faktor penyebab si ayah menuntut hak asuh anak yang belum
mumayyiz dan apakah dasar hukum hakim dalam mempertimbangkan putusan
tuntutan hak asuh anak yang belum mumayyiz jatuh pada ayah akibat dari
perceraian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
pendekatan yuridis normatif, spesifikasi penelitian yang digunakan adalah
deskriptif analisis, sedangkan penentuan sampel menggunakan metode nonrandom
sampling atau purposive sampling. Alat penelitian meliputi studi
kepustakaan dan wawancara. Metode analisis data dilakukan dengan analisa
kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa faktor penyebab ayah menuntut hak asuh
anak yang belum mumayyiz dikarenakan anak tersebut telah sekolah dan telah
lama tinggal bersama si ayah dan neneknya, selain itu karena perilaku si ibu yang
kurang baik dan tidak patut dijadikan contoh sebagai suritauladan bagi tumbuh
kembang anak sehingga si ayah sangat khawatir jika anak tersebut dipelihara dan
diasuh oleh si ibu. Kemudian hakim di Pengadilan Agama Mungkid mengabulkan
tuntutan hak asuh pemeliharaan anak yang belum mumayyiz jatuh pada ayah
akibat perceraian. Hakim memutuskan tuntutan tersebut berdasarkan kepentingan
anak dan beberapa pertimbangan yang dapat dibuktikan dipersidangan sesuai
dengan pasal 41 huruf (a) Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
yang isinya “akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah baik ibu ataupun
ayah berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya semata-mata
berdasarkan kepentingan anak. Meskipun dalam pasal 105 Kompilasi Hukum
Islam Inpres Nomor 1 tahun 1991 huruf a tentang hadhanah yaitu pemeliharaan
anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya.
Serta Sebagaimana telah disabdakan Rasulullah SAW yang artinya :“diceraikan
dari Umar bin Suaib dari ayah dan kakeknya, sesungguhnya suatu hari ada
seorang perempuan datang menemui Rasulullah: Ya Rasulullah anak ini saya
kandung, saya susui, saya besarkan, sedangkan ayahnya menceraikan saya dan
akan mengambil anak ini dari saya, Rasulullah menjawab : engkau lebih berhak
mengasuh anak ini sebelum kamu menikah.”(HR. Abu Dawud).
Item Type: | Karya Ilmiah (S1) |
---|---|
Pembimbing: | Nurul Maghfiroh, SH., LL.M dan Mulyadi, SH., MH (0002025401) |
Uncontrolled Keywords: | Hadhanah anak yang belum mumayyiz akibat perceraian |
Subjects: | K Law > K Law (General) |
Divisions: | Fakultas Hukum > Ilmu Hukum (S-1) |
Depositing User: | Editor Yunda Sara |
Date Deposited: | 07 Dec 2019 02:53 |
Last Modified: | 20 Jan 2025 03:37 |
URI: | http://repositori.unimma.ac.id/id/eprint/991 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |